24 November 2009

Ciri Manusia Taqwa

Seringkali kita mendengar dan mengucapkan kata taqwa, tetapi kita sebagai muslim belum memahami dan mengerti apalagi memaknai taqwa dalam kehidupan kita yang singkat ini. Sangat bersyukur sekali kita semua dikaruniakan hadiah terindah dalam hidup kita yakni hidayah islam dan selalu berdoa untuk setia hingga akhir dalam pelukan hidayah Islam.

Seiring dengan krisis yang datang silih berganti, ibarat kata keimanan dan ketaqwaan kita diuji dengan berbagai cobaan hidup baik itu kemiskinan, kemelaratan, sulitnya mencari pekerjaan, meningkatnya kebutuhan hidup dan banyak hal lainnya yang menuntut kesabaran dan keihlasan hati kita untuk tetap setia berdzikir mengingat kebesaran dan karunia Allah SWT. Cobaan yang datang bukan saja menguji hakikat hati dan kadar keimanan tetapi menguji ketulusan dan keridhaan kita akan menrima dan mensyukuri ni’mat yang diberikan Allah. Banyak Saudara kita yang tergelincir imannya dan menukar dengan kebutuhan pokok, kepopuleritasan dan hal lainnya yang gencar dilakukan pihak-pihak yang membenci ISLAM. Mari kita bersama memperkuat tali silaturrahim diantara kita dan memperkokoh iman kita agar terhindar dari hal-hal yang merusak dan menukar hidup kita dengan kemurkaan danazab dari Allah SWT. Semoga dengan tulisan yang sederhana ini proses penguatan iman dan taqwa kita selalu kuat dan kuat tak tergoyahkan dan tergantikan dengan keimanan lainnya yang sungguh- sunguh sesat dan menyesatkan. Amin ya Rabbal Alamien.

Islam dengan ajarannya yang indah mengajarkan bahwa perbedaan hakiki manusia tidak berada pada kedudukan, jabatan, pangkat, kekayaan dan lainnya. Manusia dibedakan dengan kadar dan bobot nilai mereka di mata Allah. Perbedaan antar manusia di dalam Islam terletak pada sejauh mana manusia mampu mengoptimalkan kadar ruhaninya untuk mendekat pada Tuhannya. Perbedaan manusia dan kemuliaan manusia ditentukan oleh nilai dan kadar taqwanya yang bergolak dalam dadanya. (QS. Al-Hujurat: 13) Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudhari disebutkan, Hendaknya kamu bertaqwa sebab ia adalah kumpulan segala kebaikan, dan hendaknya engkau berjihad karena ia sikap kependetaan seorang muslim, dan hendaknya engkau selalu berdzikir menyebut nama Allah karena dia cahaya bagimu (HR. Ibnu Dharis dari Abu Said Al-Khudhari).


Definisi Taqwa

Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan seseorang untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dan kejahatan dan hal-hal yang meragukan (syubhat).
Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, “Bertaqwalah kamu sekalian dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan muslim”, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.


Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan jika kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Taqwa adalah tidak terus menerus melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Taqwa kepada Allah adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan apa yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu melakukan kebaikan. Menurut Sayyid Quth dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan.


Saat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”


Demikian banyak ayat Al-Qur`an yang menyerukan kita untuk bertaqwa dalam bingkai taqwa yang sebenarnya, dalam kadar taqwa yang semestinya, dalam bobot taqwa yang mampu kita lakukan. Lihat umpamanya (QS. Al-Ahzab : 70) dan (QS. At-Taubah : 119).
Dalam hadits juga sangat banyak seruan agar taqwa menjadi penghias perilaku kita dan menjadi mutiara batin kita. Seperti sabda Rasulullah, :


“Bertaqwalah kamu kepada Allah, dimanapun kamu berada, dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan itu. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ad-Darimi).

Ciri Manusia Taqwa

Seseorang akan disebut bertaqwa jika memiliki beberapa ciri. Dia seorang yang melakukan rukun Iman dan Islam, menepati janji, jujur kepada Allah, dirinya dan manusia dan menjaga amanah. Dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Manusia taqwa adalah sosok yang tidak pernah menyakiti dan tidak zhalim pada sesama, berlaku adil di waktu marah dan ridha, bertaubat dan selalu beristighfar kepada Allah. Manusia taqwa adalah manusia yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sabar dalam kesempitan dan penderitaan, beramar ma’ruf dan bernahi munkar, tidak peduli pada celaan orang-orang yang suka mencela, menjauhi syubhat, mampu meredam hawa nafsu yang menggelincirkan dari shiratal mustaqim. Itulah diantara ciri-ciri sosok manusia taqwa itu.


Agar seseorang bisa mencapai taqwa diperlukan saran-sarana. Dia harus merasa selalu berada dalam pengawasan Allah, memperbanyak dzikir, memiliki rasa takut dan harap kepada Allah. Komitmen pada agama Allah. Meneladani perilaku para salafus saleh, memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuannya sebab hanya orang berilmulah yang akan senantiasa takut kepada Allah (QS. Fathir: 28). Agar seseorang bertaqwa dia harus selalu berteman dengan orang-orang yang baik, menjauhi pergaulan yang tidak sehat dan kotor. Sahabat yang baik laksana penjual minyak wangi dimanapun kita dekat maka akan terasa wanginya dan teman jahat laksana tukang besi, jika membakar pasti kita kena kotoran abunya (HR. Bukhari).
Membaca Al-Qur`an dengan penuh perenungan dan mengambil ‘ibrah juga merupakan sarana yang tak kalah pentingnya untuk mendaki tangga-tangga menuju puncak taqwa. Instrospeksi, menghayati keagungan Allah, berdoa dengan khusyu’ adalah sarana lain yang bisa mengantarkan kita ke gerbang taqwa. Pakaian dan makanan kita yang halal dan thayyib serta membunuh angan yang jahat juga sarana yang demikian dahsyat yang akan membawa kita menuju singgasana taqwa.

Buah Taqwa

Manusia dengan ciri dan karakterisrik di atas akan memetik buah ranum dan manisnya taqwa. Bukan hanya individual sifatnya namun masyarakat juga akan menikmatinya.
Manusia taqwa akan mendapatkan mahabbah Allah (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa, (QS. At-Taubah: 4), Allah akan selalu bersama langkah dan pikirnya (Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan (QS. An-Nahl; 128), mendapat manfaat dari apa yang dibaca di dalam Al-Qur`an (QS. Al-Baqarah; 2), lepas dari gangguan syetan –“sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila ditimpa was-was dari syetan, mereka ingat kepada Allah maka seketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al-A’raf: 35), diterima amal-amalnya (QS. Al-Maidah: 27), mendapatkan kemudahan setelah kesulitan dan mendapat jalan keluar setelah kesempitan (QS. Ath-Thalaq: 2 dan 4)

.
Manusia taqwa akan memiliki firasat yang tajam, mata hati yang peka dan sensitif sehingga dengan mudah mampu membedakan mana yang hak dan mana pula yang batil.
(QS. Al-Anfaal : 29). Mata hati manusia taqwa adalah mata hati yang bersih yang tidak terkotori dosa-dosa dan maksiat, karenanya akan gampang baginya untuk masuk surga yang memiliki luas seluas langit dan bumi yang Allah peruntukkan untuk orang-orang yang bertaqwa (QS. Ali Imran: 133 dan Al-Baqarah: 211).


Taqwa yang terhimpun dalam individu-individu ini akan melahirkan keamanan dalam masyarakat. Masyarakat akan merasa tenteram dengan kehadiran mereka. Sebaliknya pupusnya taqwa akan menimbulkan sisi negatif yang demikian parah dan melelahkan. Umat ini akan lemah dan selalu dilemahkan, akan menyebar penyakit moral dan penyakit hati. Kezhaliman akan merajalela, adzab akan banyak menimpa. Masyarakat akan terampas rasa aman dan kenikmatan hidupnya. Masyarakat akan terenggut keadilannya, masyarakat akan hilang hak-haknya.
Semakin taqwa seseorang -baik dalam tataran individu, sosial, politik, budaya, ekonomi- maka akan lahir pula keamanan dan ketenteraman, akan semakin marak keadilan, akan semakin menyebar kedamaian. Taqwa akan melahirkan individu dan masyarakat yang memiliki kepekaaan Ilahi yang memantulkan sifat-sifat Rabbani dan insani pada dirinya.



Wafat saat sujud di Masjidil Nabawi

Sungguh Allah SWT telah memberikan karunia terindah atas umat muslim yang beriman dan bertaqwa hanya kepada NYA.

Akankah kita seperti hamba Allah lainnya menghadap kepadaNya dengan kebanggan dan tingkat taqwa setinggi-tinggi untuk menemui Dzat Yang Maha Agung Allah SWT. Smoga kita termasuk ke dalam golongan orang beriman dan mendapat SyafaatNya di hari Pembalasan. Amin.

16 September 2009

Ramadhan dan penurunan (nuzul) al-Quran

Terdapat kajian oleh pihak berkenaan yang menyebut bahawa beransur-ansur dalam melaksanakan undang-undang bukan maksud beransur-ansur dalam menurunkan syariat. Ini adalah terjemahan yang tidak betul.
Barangkali hasil daripada terjemahan inilah menyebabkan arak masih dibenarkan dijual di negara ini, dihalalkan buat semenara waktu kemudian dikarakan akan diharamkan terus sebagaimana pernah berlaku pada zaman Nabi Muhammad s.a.w di samping kononnya dilaksanakan syariat secara sedikit demi sedikit.



Oleh kerana terjemahan tidak betul maka fahaman pun turut sama menyeleweng. Tasyri' dalam bahasa Arab adalah masdar (Kata terbitan) dari Syara'a, tayri'an. Maka tasyri' itu ialah membuat undang-undang bukan mendaulatkan undang- undang.

Dalam menyebut undang-undang (tasyri') memang berlaku secara tadarruj (beransur-ansur) di mana undang-undang ini dikatakan beransur-ansur oleh Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w secara tadarruj, beransur-ansur ayat demi ayat.




Inilah sejarah turunnya al-Quran yang bukan sahaja diwahyukan kepada Nabi Muhammad pada bulan Ramadhan, tetapi mewahyukan juga kepada masa-masa lain.




Yang dimaksudkan dengan ditutunkan al-Quran di sini islah turun daripada Loh Mahfuz ke Baitul 'Izzah pada bulan Ramadhan. Inilah kelebihan bulan Ramadhan yang diturunkan padanya al-Quran.




Firman Allah SWT yang bermaksud "(Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadhan yang pasanya diturunkan al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan antara yang benar dengan yang salah." (al-Baqarah ayat 185)




Sekiranya kita mahu mengetahui yang mana betul dan yang mana salah, bukalah al-Quran maka di sana tahulah yang mana betul dan yang mana sebaliknya. Dengan sebab itulah Allah berfirman yang bermaksud:"Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisihan) dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (al-Quran) dan (Sunnah) Rasul-Nya - jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu), dan lebih elok pula kesudahannya." (An-Nisaa ayat 59)




Sekiranya kamu bertelinkah dalam apa-apa masalah sekalipun, kembalilah kepada al-Quran maka bertemulah yang mana betul dan yang mana salah. Kebiasaanya orang Islam bertelingkah kerana mereka tidak mengetahui. Yang tidak mengetahui mestilah kembali kepada al-Quran dan hadis Nabi Muhammad s.a.w sehingga apabila kembali kepadanya semua menjadi betul dan baik. Inilah dia cara Islam.




Kalau tidak mahu kembali kepada al-Quran itu bukan cara Islam dan sekiranya takut kembali kepada al-Quran, mereka yang berkenaan itu dikuasai oleh syaitan. Firman Allah yang bermaksud :"Maka sesiapa yang menyaksikan di kalangan kamu bulan Ramadhan maka hendaklah dia berpuasa." surah al-Baqarah ayat 185.




Sesiapa yang menyaksikan bulan Ramadhan (yang dia berada di dalam bulan Ramadhan) di mana bulan itu berlaku sama ada dengan melihat anak bulan ataupun dengan tidak melihatnya, tetapi disabitkan apabila berlakunya cuaca yang buruk maka disempurnakan bulan Syaaban itu kepada 30 hari.




Maka selepas itu umat Islam hendaklah berpuasa bulan Ramadhan kerana sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud: "Berpuasalah kamu dengan melihat anak bulan dan berhari rayalah kamu dengan melihat anak bulan. Jika sekiranya dikelamkan kepada kamu (berlaku cuaca buruk) maka sempurnakanlah bulan Syaaban itu 30 hari."




Kejadian luar biasa di bumi Makkah



Begitu juga dengan bulan Ramadhan, sekiranya anak bulan Syawal tidak kelihatan, maka dicukupkan puasa Ramadhan sehingga 30 hari. Sekiranya melihat anak bulan Syawal, maka hendaklah Muslimin menyambut Aidilfitri, jangan mahu cukupkan puasa Ramadhan sebanyak 30 hari, perbuatan sebegini adalah haram.




Sebagaimana berlaku di Makkah pada tahun 1998 di mana hari yang ke-28 puasa sudah kelihatan anak bulan.




Ini suatu kejadian luar biasa kerana [enduduk Makkah berpuasa Ramadhan dalam keadaan cuaca buruk lalu mereka menyempurnakan bulan Syaaban 30 hari dan mereka berpuasa lewat sehari. Tiba-tiba pada hari yang ke-28 anak bulan syawal kelihatan.




Apabila anak bulan Syawal kelihatan walaupun puasa baru 28 hari maka mereka hendaklah berhari raya paad hari yang ke-29 dan hendaklah diqada puasa Ramadhan sehari sebagai ganti hari yang ditinggalkan (bagi mempercukupkan puasa 29 hari).




Ini kerana bulan Islam ini sekurang-kurangnya 30 hari, tidak boleh lebih dari 30 hari. Firman Allah Taala yang bermaksud:" Dan sesiapa yang berasa dalam keadaan sakit ataupun dalam keadaan musafir, maka hendaklah dia mengulanginya paa hari-hari yang lain." - Al-Baqarah ayat 185




Orang yang berkenaan boleh qada pada hari yang lain sebab apa masalah qada ini diulang buat kali yang kedua? Tujuannya ialah untuk menjelaskan lagi bahawa sesungguhnya inilah kemudahan yang diberi oleh Allah SWT kepada mereka yang berkenaan dan boleh jadi ada orang yang salah faham dalam masalah ini.




Firman Allah yang bermaksud: "Maka sesiapa yang menyaksikan di kalangan kamu bulan Ramadhan maka hendaklah dia berpuasa." Surah al-Baqarah ayat 185




Boleh jadi ada yang memahami bahawa ayat ini memansukhkan ayat yang terdahulu daripadanya. leh kerana ayat ini kemudian dan ayat yang terdahulu lain, maka Allah menyebut sekali lagi bahawa sesiapa yang sakit ataupun musafir, maka hendaklah dia mengulanginya pada hari-hari lain.




Firman Allah yang bermaksud: "Allah menghendaki kemudahan kepada kamu dan Dia tidak menghendaki kepayahan berlaku kepada kami." - Al-Baqarah ayat 185.




Kamu hendaklah sempurnakan bilangan bulan Ramadhan (masanya) dalam menunaikan qada puasa yang ditunaikan itu. Jangan kamu meninggalkan puasa tiga hari dan mengqadakannya hanya dua hari dan seumpamanya.




Firman-Nya lagi yang bermaksud: "Dan hendaklah kamu membesarkan Allah dengan memuji-Nya." - Al-Baqarah ayat 185




Membesarkan Allah SWT di atas apa-apa yang telah ia beri petunjuk kepada kamu.




Kamu hendaklah membesarkan Allah terutamanya selepas hari raya, sidunatkan kita berlafaz dengan lafaz takbir, membesarkan Allah di atas petunjuk yang telah diberi kepada kita di mana tidak ada nikmat yang lebih besar daripada nikmat Islam.



Dinukilkan daripada buku 'Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Rububiyyah' oleh Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang, muka surat 116-123 terbitan Dewan Muslimat Sdn Bhd 1999.

07 September 2009

Program Majlis Berbuka Puasa Dan Sumbangan Fakir Miskin

Program majlis berbuka puasa dan sumbangan fakir miskin yang diadakan pada 7 september 2009 telah disempurnakan oleh
YB.Dr. Ahmad Yunus Hairi (Adub Sijangkang)









02 September 2009

RAMADHAN BULAN ISTIMEWA

Orang yang berpuasa bukan sahaja berpuasa zahir iaitu tidak makan dan minum tetapi juga menahan segala perkara yang boleh mengurangkan pahala puasa seperti mengumpat dan membuat kezaliman. Sekiranya kita hanya mengambil
pengertian umum puasa itu, maka jadilah puasa itu sebagai ‘adat’ yang perlu dilakukan setahun sekali.

Puasa sedemikian memberi kesan positif pada jasad sahaja kerana ia mampu meningkatkan kesihatan tetapi tidak memberi input pada roh dari segi ketaqwaan. Sedangkan kejadian manusia terdiri dari jasad dan roh yang perlu ada keseimbangan antara satu sama lain.

Puasa itu merupakan benteng pertahanan dalaman yang dapat menolak segala arus-arus yang boleh membawa kepada keburukan dan maksiat seperti penzinaan, mengumpat, memaki hamun dan sebagainya. Justeru, umat Islam dituntut membanyakkan membaca al-Quran, berzikir dan lain-lain yang boleh mempertingkatkan keimanan seseorang.

Rasulullah saw pernah bersabda dalam hadith Qudsi yang bermaksud :

“Tiap-tiap amalan anak Adam ialah satu kebajikan bersamaan sepuluh balasan pahalanya membawa kepada 700 kali ganda”.

Daripada hadith ini, dapat difahami bahawa Allah SWT akan memberi balasan pahala dengan berterusan hingga melebihi daripada 700 kali ganda banyaknya sekiranya puasa dilakukan dengan penuh ketaqwaan dan keredhaan dan Allah SWT berfirman yang bermaksud :

“Melainkan puasa bahawasanya puasa itu bagiKu dan Akulah yang membalasnya”.

Firman Allah SWT lagi dalam surah al-Baqarah 261 bermaksud :

“... Dan (ingatlah), Allah akan melipatgandakan pahala bagi sesiapa yang dikehendakiNya...”.

Istimewa

Antara kelebihan Ramadhan yang tidak ada pada bulan-bulan lain ialah malam Lailatul Qadar. Malam ini amat penting dan ditunggu-tunggu kerana ketika ini setiap amalan dan doa dimakbulkan dan ibadat sepanjang malam mendapat ganjaran pahala seperti beramal 1000 bulan (83 tahun tiga bulan).

Walau bagaimanapun, tarikh sebenar malam Lailatul Qadar tidak diketahui. Pendapat yang paling masyhur ialah pada 10 Ramadhan terakhir. Diriwayatkan bahawa Rasulullah saw sendiri menghabiskan 10 hari terakhir Ramadhan dengan beribadah di masjid.

Mengapa tarikh sebenar malam ini tidak diberitahu kepada manusia? Tujuannya adalah untuk mendorong kita supaya sentiasa beramal, bukan menanti hari tertentu sahaja dan sebagai pengajaran kepada kaum muslimin supaya sentiasa berusaha mengerjakan amal soleh bagi memenuhi tuntutan hidup dunia dan akhirat.

Ketibaan Ramadhan sepatutnya disambut dengan penuh keinsafan dan ada persiapan minda untuk mengabdikan diri kepada Ilahi bagi merebut ganjaran pahala. Malah mereka yang mengerti kelebihan bulan ini mengharapkan ianya berlaku sepanjang tahun. Daripada Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda maksudnya: “Apabila datang Rasulullah dibukakan pintu syurga, ditutup pintu neraka dan diikat syaitan”.

Hadith di atas merupakan satu dorongan kepada kaum muslimin supaya berusaha melakukan amal soleh dan berlumba-lumba membuat kebajikan semata-mata mencari keredhaan Allah. Oleh itu dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang dirangsang oleh syaitan.

27 Ogos 2009

Peristiwa-Peristiwa Penting di Bulan Ramadhan

Bahagian 1


1. 1 Ramadhan 587 H Penghancuran dan penguasaan kota ‘Asqolan yang merupakan pintu masuk menuju kota Al Quds. Penghancuran dan penguasaan kota ini dilakukan oleh Salahuddin Al Ayyubi sebagai strategi menahan kekuatan kaum salib (nasrani) yang akan merebut kota Quds. Pada hari penaklukannya Salehuddin Al Ayyubi berkata, “ Demi Allah sesungguhnya penghancuran benteng di ‘Asqolan lebih aku sukai walaupun aku harus kehilangan seluruh anakku, kerana penguasaan ‘Asqolan adalah demi kemaslahatan Islam dan kaum Muslimin.” sekarang kota ‘Asqolan dikenal dengan nama kota Al-Quds di negara Palestin.


2. 2 Ramadhan 732 H Pada tanggal ini lahir seorang Ulama besar yaitu Abdurrahman bin Muhammad bin khaldun atau dikenal dengan nama Ibnu Khaldun. Beliau mengarang kitab “Muqadimah” yang lebih dikenal dengan “Muqadimah Ibnu khaldun” yang membahas tentang ilmu Sosial Kemasyarakatan, Ekonomi, Politik dan Sejarah Filsafat. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Eropah dan bahasa lainnya. Para ilmuwan barat mengakui akan keunggulan karangan Ibnu Khaldun terbukti mereka masih mempelajari dan menjadikan sebagai buku induk dalam kajian Ilmu Kemasyarakatan. Ibnu Khaldun meninggal pada tahun 808 H di Mesir pada masa Sultan An Nasr Lidinillah.


3. 3 Ramadhan 11 H Pada hari ini Sayyidah Fatimah Az Zahra anak bongsu dan kesayangan Rasulullah SAW dari pernikahannya dengan Ummu Mukminin khadijah binti Khawalid meninggal dunia. Fatimah lahir 5 tahun sebelum Rasulullah SAW diangkat sebagi nabi. Fatimah mendirikan rumahtangga dengan Ali bin Abi Thalib anak saudara Rasulullah SAW pada bulan ramadhan tahun 2 H, dan menjalani kehidupan Rumah tangga pada bulan Zulhijjah di tahun yang sama dari pernikahan yang penuh barokah ini lahirlah Hasan, Husain (pemuda ahli surga), Zainab, Ummi Kultsum dan muhsin yang meninggal ketika kecil.


4. 3 Ramadhan 825 H Pada hari ini Sultan Murad II dari khalifah Uthmaniyah mengadakan pengepungan kota Qostantiniyah (Costantinople) dalam rangka menaklukan dan memasukannya dalam naungan Islam. Setelah sekian lama peperanganberlaku dengan sangat dasyatnya dan beliau tidak mampu menaklukannya akhirnya beliau kembali kepusat pemerintahannya tanpa membawa hasil yang dicita-citakan.


5. 4 Ramadhan 1299 H Pada hari ini bertepatan dengan 20 Julai 1882 M pemimpin mesir tatkala itu Khadio Ismail mengeluarkan surat pemecatan terhadap Ahmad Arabi dari jabatan Menteri Pertahanan disebabkan Ahmad Arabi mengadakan pertemuan dengan segenap masyarakat dari para Ulama, bangsawan dan pendukungnya untuk meminta tanggapan tentang keputusan Khadio menghentikan kekuatan pertahanan dalam menghadapi armada Inggeris yang melakukan pergempuran terhadap benteng pertahanan Mesir di Iskandariyah@Alexenderia selama 10 jam tanpa henti (25 Sya’ban 1299 H / 11 Julai 1882 M). Dalam pertemuan tersebut diambil keputusan untuk melanjutkan kekuatan pertahanan. Lalu Khadio mengadakan pertemuan lanjutan dengan lembaga Jam’iyah Wathoniyah yang dihadiri oleh Syeikh Azhar, para Hakim dan pemuka masyarakat untuk berbincang akan keputusan pemecatan Ahmad Arabi disebabkan penentangannya atas perintah Khadio untuk tidak mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan lanjutan ini akhirnya jam’iyah Wathoniyah mengambil keputusan untuk mempertahankan Ahmad Arabi dalam jabatannya sebagai Menteri Pertahanan.


6. 5 Ramadhan 362 H Sultan Al Mu'iz Lidinillah Al fatimi memasuki negera Mesir setelah sebelumnya beliau mengirim pasukan sebanyak 100 000 tentara dibawah pimpinan panglima Jauhar Ash Shiqili pada bulan Sya'ban 358 H tanpa ada pertempura

21 Ogos 2009

Selamat menyambut ramadhan al mubarak.
Ikhlas dari seluruh ahlijawatankuasa masjid Al-Amin bt9 kebun baru


20 Ogos 2009

Allahumma Ballighna Ramadhan….

Sedar ataupun tidak, bulan suci mulia yang telah kita tinggalkan lalu dengan penuh pengabdian dan keazaman untuk peningkatan sebagai seorang Muslim yang benar-benar menyerah, tunduk patuh kepadaNya bakal menjelang tiba. Maha Suci Allah yang telah mengurniakan umur yang setahun lebih panjang dengan mengurniakan kita sekali lagi Ramadhan, untuk kita koreksi diri, pertambahkan iman dan persiapkan kekuatan dan bekalan. Seperti doa yang biasa kita ucapkan; Allahumma Ballighna Ramadhan.

Seperti doa yang diajarkan Rasulullah saw kepada kita;

Apabila Rasulullah saw melihat anak bulan Rejab, baginda membaca, yang bermaksud,
Ya Allah, rahmatilah kami dengan Rejab dan Syaaban, dan sampaikan kepada kami Ramadhan. (Hadith riwayat at-Tabrani dan Ahmad)

Betapa besar kurniaan Allah kepada kita di dalam bulan Ramadhan, dimana Rasulullah telah mengajarkan kita untuk berdoa agar kita dihidupkan sehingga sampai bulan Ramadhan, supaya bulan itu dimanfaatkan untuk kita menjadi seorang hamba yang patuh kepadaNya.

Bagi para daie ilallah, peluang mengecapi Ramadhan sememangnya ditunggu, di kala tamatnya Ramdhan yang lepas dengan penuh tangisan ketakwaan dan air mata keinsafan. Bulan bukan sekadar nikmat, tetapi penuh ujian serta peluang amal dakwah untuk mendekatkan manusia pada jalan Allah swt.

Persediaan dan perancangan perlulah dilakukan untuk kita memaksimumkan segala peluang yang di bulan Ramadhan ini. Sebagaimana yang dimaklumi, amal kebajikan akan diganjarkan setingkat lebih tinggi jika ia dilakukan pada bulan Ramadhan. Yang sunat diberi pahala wajib. Yang wajib digandakan dengan gandaan sesuai dengan kurniaan Allah swt Yang Maha Kaya.

Ketika Ramadhan menjelang, Rasulullah saw bersabda bermaksud, “Wahai manusia, menjelang tiba bulan agung lagi berkat. Bulan yang di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Sesiapa yang mendekatkan dirinya dengan mengerjakan amalan Fardhu, seolah-olah dia telah mendapat 70 pahala Fardhu di bulan-bulan yang lain. Sesiapa yang mendekatkan dirinya dengan amalam-amalan Sunat, seolah-olah dia mendapat pahala amalan-amalan Fardhu di bulan-bulan yang lain. Ia adalah bulan sabar. Ia adalah bulan yang awalnya rahmat, tengahnya keampunan dan akhirnya selamat dari Neraka…” (Riwayat Ibn Khuzaimah)

Antara persiapan yang perlu dilakukan menjelang Ramadhan ialah:

1) Memahirkan diri dengan segala rukun,sunat,harus,makruh yang berkaitan dengan puasa di bulan Ramadhan, sunat tarawih dan lain-lain lagi.

2) Membiasakan diri bangun pada sepertiga malam untuk bertahajjud, untuk mendekatkan diri pada Allah, dan membiasakan tahajjud di bulan Ramadhan.

3) Memperuntukkan beberapa jumlah wang untuk dijadikan sedekah jariah dan zakat fitrah. Bagi mereka yang telah akil baligh, maka belajarlah membayar zakat fitrah sendiri.

4) Menyediakan diri dengan kurang makan dan berpuasa, namun perlu diingat dengan sabda Nabi saw dari Abu Hurairah;yang bermaksud;

Janganlah kamu berpuasa sehari atau dua hari sebelum tiba bulan Ramadan melainkan orang yang biasa berpuasa dengan puasa yang tertentu maka bolehlah dia berpuasa (riwayat Muslim)

5) Strategi tersusun untuk memperbanyakkan hafalan, bacaan, tadabbur, tadarrus al-Quran. Pada bulan ini kita mempunyai kelebihan kerana musuh ketat manusia telah di rantai, sebagaimana sabda Rasulullah saw dari Abu Hurairah; yang bermaksud;

Apabila tiba bulan Ramadan, dibuka pintu-pintu Syurga dan ditutup pintu-pintu Neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu. (riwayat Muslim)

6) Melatih diri semua sifat Islamiah seperti sabar, kurang bercakap lagha dan keji, menjauhi mengumpat dan mengata, dan perbanyakkan senyuman kepada semua sahabat.

Jadi sahabat sekalian, sematkan azam masing-masing untuk kita memperbanyakkan amalan fardhi dan amalan dakwah kita di bulan Ramadhan yang bakal tiba beberapa hari sahaja lagi. Persiapkan mental mulai sekarang dan tekunlah istiqamah dengannya.

Doa kita..Allahumma Balligna Ramadhan
 

Copyright 2007 ID Media Inc, All Right Reserved. Crafted by Masjid Al-Amin